Ali disisi Rasulullah Seperti Musa dg Harun hanya Tak ada Nabi Lagi Setelahnya

08 September 2008

Belum Ada Judul

Pelabelan antara barat dan timur, islam dan non islam, negara maju dan miskin, telah menjadi pisau analisis tentang identitas kesamaan dan perbedaan. ini jugalah menjadi sekat dalam membangun komunikasi dan distribusi sumber2 daya.

Namun pada kenyataannya tampaknya dengan analisa sosial berdasarkan kelas tersebut semakin kabur dewasa ini, sebagai contoh bila Selama ini Negara Barat yang dikomandoi oleh AS dianggap negara Kapitalis, yang menyerap seluruh sumber daya didunia menuju kepada nya, tampaknya tidak sepenuhnya benar.
Hari2 terakhir ini kita semakin jelas melihat bahwa Saudagar-saudagar Arab pun telah menjadi raksasa pemodal yang penuh ambisi. Dalam headlines media hari2 terakhir ini kita lihat Manchester City telah dibeli oleh konsorsium kapitalis Arab untuk mengeruk ruang dan benak dunia yang pada akhirnya adalah mengeruk uang dari masyarakat global di pasar saham atau mengikat iklan yang besar yang pada akhirnya juga produk menjadi kian mahal akibat cost iklan yang sangat tinggi.

Sekat informasi dan dan keuangan, modal barang dan jasa pun kian kabur dengan batas2 geografis, kita lihat mobil Toyota, MC D, Coca Cola dapat kita lihat dinagara barat, timur, negara kaya atau miskin atau segala label yang kita sematkan kepadanya.

Ekonomi kawasan pun kian menguat untuk mempertahankan tingkat inflasi, daya beli, distribusi barang dan jasa, serta ketahanan ekonomi, nilai tukar mata uang. Eropa membentuk ekonomi kawasan AFTA, NAFTA, ASEAN dsb.

Tak kalah menariknya, revolusi teknologi informasi pun mengubah wajah dunia dari sekat2nya, arus informasi modal, barang, dan jasa, ekonomi, politik, budaya, dalam hitungan detik setiap sumber daya tersebut dapat berpindah dari satu negara ke negara lain. Yang ingin saya katakan bahwa, pelabelan barat dan timur, sosialis, kapitalis,sekular, agamis, islam dan non islam, utara dan selatan, dan segala dikotomi lainnyya semakin kehilangan makna. ini terbukti bahwa Islam dikatakan identik dengan negara Miskin, terbelakang pun tak terbukti dengan muncul nya saudagar arab yang mulai menguasai dunia pun di AS.

termasuk mengelompokkan ilmu pengetahuan islam dan barat pun tampaknya sudah tidak relevan, karena dengan arus informasi yang begitu deras tak ada yang dapat membendung seperti era sekarang, muslim dapat dengan cepat mempelajari ajaran non muslim , kebudayaan, dan segala macamnya, begitu juga non muslim sebaliknya. sehingga tidak heran kita ada muslim yang menjadi pakar bagi agama lain begitupun sebaliknya.

peta dunia dalam mengkelompokkan atas dasar terminologi lama sepertinya semakin usang bahkan justru dapat membawa kita kepada kesalahan dalam analisa.

Menurut Erich Fromm, masyarakat dunia saat ini telah masuk dalam karakter sosial yang relatif homogen, yaitu dunia sekarang tengah membentuk masyarakat konsumsi, yaitu disetiap negara telah menjadi masyarakat yang kehidupannya diarahkan hanya untuk berkonsumsi secara terus menerus. segala sesuatu yang diproduksi tujuannya hanya satu untuk mengkonsumsi sebanyak-banyaknya. Manusia peduli dia muslim, non muslim, barat, timur, utara, selatan menjadi rakus dan serakah. apabila kita mengatakan bahwa negara kapitalis itu negara barat mungkin bisa jadi agak meleset, arab saudi, qatar, china, pun telah menjadi negara penghisap baru yang siap menyaingi bahkan mungkin menjadi kartel bagi orang-orang super kaya lewat tangan-tangan Multinational Corporation atau Transnational coproration yang mengarahkan negara lain disetiap belahan dunia ini untuk mengkuti kerakusannya.

maka mungkin pada akhirnya adalah bencana kemanusiaan yang tidak ada kaitannya dengan muslim, non muslim, barat, timur, utara selatan, yang akan merasakan bencana kemanusiaan yang maha dahsyat akibat kerakusan segelintir orang-orang super kaya dimuka bumi, yaitu Global Warming, Kemiskinan, radikalisme, terorisme, Bencana Alam, Bencana Kelaparan, AIDS, Flu Burung, Perang, dan segala bencana kemanusiaan lainnya yang selalu melanda umat manusia.

Marilah kita tidak lagi melihat sesuatu ketidakadilan, penghisapan, keserakahan, pencurian ilmu pengetahuan berdasarkan terminologi lama. karena bumi telah semakin menjadi tiada batas yang ada hanya bencana yang selalu melanda manusia pada setiap zaman akibat ulah orang-orang super kaya di dunia ini.

perang agama telah mengakibatkan trauma yang begitu pedih terhadap keluarga korban yang ditinggalkan akibat sinisme kita terhadap agama lain, seperti di poso, ambon atau kasus terakhir adalah ahmadiyah di indonesia. mari kita bangun peradaban ini dengan lebih terbuka, saling menghargai, dan saling memahami perbedaan yang ada untuk melakukan dialog guna terjadi pada tahap awal yaitu toleransi untuk menuju prularisme masyarakat global yang berdasarkan nilai2 universal dan berkeadilan. Peradaban manusia masih akan berpotensi untuk hancur berkeping-keping bila kita merasa saling benar sendiri tanpa mau mengakui bahwa perbedaan adalah fitrah dan hujjah akan eksistensi tuhan itu sendiri.

selanjutnya mungkin sesama manusia sebagai warga bangsa dan bahkan warga dunia saling melepaskan atribut yang dimiliki saling bekerja sama untuk menegakkan keadilan sejati menuju musuh bersama yang selama ini dengan tangan2 yang tak terlihat telah mencerabut kehidupan kita, orang tua kita, bahkan masa depan anak cucu kita.


bukankah setiap agama juga memiliki kebenaran yang bersifat universal yang ingin ditegakkan demi masa depan manusia, kemanusiaan dan alam semesta. mungkin bila tidak setuju dengan teori relativitas kebenaran paling tidak menurut Mehdi Hairi Yazdi keabsolutan kebenenaran oleh tuhan bagai sinar yang masuk keprisma sehingga kemudian kebenaran yang satu tersebut menjadi relativ akibat terpecah menjadi berbagai warna,...........

karena apapun juga permusuhan, ketidaksepahaman, kebencian, ketidaksalingmengertian pada akhirnya akan berujung pada penderitaan manusia dan kemanusiaan kembali...


wassalam.

Kibr awal Kekafiran

Kafir,....
Kafir menjadi sentral pembahasan teologi islam. hal ini menjadi pembeda hamba tuhan sesungguhnya atau pura2 menjadi hamba tuhan.
kafir dekat dengan kata kufur yaitu secara sederhana dapat diartikan sebagai ingkar atau pengingkaran. sedangkan kufur sendiri menurut Imam Khomeini berakar dari sifat kibr atau sombong, dan kata mutakabbir disematkan kepada seseorang yang sombong. Kesombongan inilah juga yang mengakibatkan tergelincirnya Iblis dari syurga allah swt dan mendapatkan laknatnya. Iblis karena kesombongan nya, yang terbuat dari api, harus bersujud kepada Adam ketika adam diciptakan dari tanah lempung yang kotor dan bau.

dari definisi awal tadi paling tidak dapat disimpulkan, iblis sebenarnya mengakui ketinggian derajat manusia melalui perintah allah untuk bersujud kepada manusia, namun iblis dengan kesombongannya dia mengingkari kebenaran tersebut.

Kesombongan ini pulalah menjadi puncak keburukan ahlak. saking buruknya sifat sombong ini hadis nabi" tidak akan mencium bau syuarga bila didalam diri seseorang masih tertinggal kesombongan walau sebesar debu".

kesombongan pulalah manusia berpotensi mengingkari setiap kebenaran. kesombongan bukan saja membuat manusia dapat menjadi zalim bahkan dengan kesombongan pulalah manusia bisa menentang dan menantang setiap hikmah, kebenaran dan mengingkarinya. Contoh yang paling panjang dari cerita kesombongan yang berakhir dengan kekafiran adalah FIraun. Alquran menjelaskan dengan sangat jelas bagaimana kesombongan firaun karena absolutnya kekuasaannya sehingga tak ada satu kekuatan pun pada zamannya tersebut yang mampu melampaui kehebatannya. bahkan dalam berbagai cerita Firaun mampu mencabut nyawa seseorang seketika.

akhirnya firaun menjadi sombong, segala logika, rasionalitas, kemudian melebur dalam kesombongannya. dengan bukti2 yang sangat nyata sekalipun dia tetap mengingkari kebenaran walaupun barang kali dirinya sendiri tak bisa menolak kebenaran melalui bukti2 yang di bawa oleh musa as kebenaran yang sangat nyata, menjadi hujjah atas eksistensi tuhan.

firaun dengan kesombongannya tidak ingin disaingi, yang akan menjatuhkan kekuatan dan kekuasaannya bila ada sesuatu yang lebih kuat dari dirinya. akhirnya tentu saja dia menjadi sangat zalim, untuk membuktikan kehebatannya dia membunuh semua lelaki dari bani israil. sebagai bukti bahwa hanya dia saja yang bisa mencabut nyawa manusia. kesombongan pulalah membuat orang menjadi sangat zalim menegasikan setiap sesuatu yang lebih hebat dari dirinya.

akhirnya firaun menantang dan mengingkari tuhan, nabi dan hari pembalasan.

dalam akidahyang diterima semua agama sebenarnya kafir adalah pengingkaran terhadap
1. pengingkaran allah sebagai penguasa tunggal jagat semesta.
2. pengingkaran terhadap hujjah2 yang membuktikan eksistensi tuhan yaitu pengingkaran nabi2 allah.
3. pengingkaran terhadap adanya hari pembalasan.

begitu pun quraysi mekkah, adalah masyarakat/kelompok sosial yang kibr, atau takabbur, mereka mengingkari semua apa yang dibawa oleh Muhammad Saw.

kesombongan lah yang membuat suatu kelompok masyarakat merasa lebih baik dari yang lain, dengan demikian kelompok yang dianggap lebih rendah untuk dikuasai dan melayani kehendak kelompok sosial yang lebih tinggi.

kecenderungan pada kesombongan, telah dicatat oleh sejarah menjadi sumber kehancuran peradaban manusia. Hitler dengan kesombongannya, menganggap hanya dirinya dan ras nya sajalah yang paling berhak mengatur peradaban manusia, siapapun yang menentang teori hitler tersebut harus diperangi dan di musnahkan, maka bani israil yang menjadi rivalnya menjadi korban hitler.

maka kesombongan pada puncaknya bukan saja menjadi pengingkaran terhadap tuhan, puncak kesombongan akan menjadikan manusia merasa dirinya tuhan sesungguhnya, tidak ada kekuatan lain yang lebih kuat dan dominan dari dirinya.

maka dari penjelasan diatas saya meyakini, bahwa seluruh penganut agama yang tawadhu' lawan dari kibr akan siap menerima kebenaran. kerendahatian, dengan sendirinya mengakui dan mensaksikan bahwa ada kekuatan tunggal yang menciptakan alam raya ini, yaitu tuhan yang maha esa. sebagai manifestasi dari pengakuan tersebut, tentu saja akan mengakui bahwa ada orang-orang terpilih wakil tuhan dimuka bumi yang akan membimbing manusia menuju tuhan. karena sifat tawadhu' juga manusia manusia secara naluriah, akan mengakui bahwa ada alam lain setelah alam ini yang dipersembahkan oleh tuhan bagi mempertanggung jawabkan segala perilaku manusia didalamnya.

dari penjelasan tersebut, maka sumber kekafiran adalah sifat kibr/sombong yang mengakibatkan kekufuran atau pengingkaran terhadap kebenaran walaupun hujjah atau bukti kebenaran itu telah sangat jelas dan sangat nyata, karena dengan kesombongannya menjadi hijab dirinya. dan saya juga meyakini bahwa kekafiran itu adalah simbol moral atau akhlak yaitu berakar dari sombong.



إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang yahudi, orang-orang nasrani, dan orang-orang shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada allah, dan hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (2:62)

ayat diatas juga menjadi penjelas tuhan bahwa setiap manusia apapun agamanya berpotensi untuk mendapatkan keselamatan pada hari pembalasan nanti, dengan syarat, mereka beriman kepada allah, beramal saleh, dan beriman kepada hari akhir.

definisi kafir yang disematkan kepada non muslim alangkah baiknya kita kaji kembali, sehingga terminologi tersebut tidak membawa kita pada penyeragaman setiap orang pada penganut agama selain islam. yang akibatnya kita juga tumbuh benih-benih ashabiyah yang juga dekat dengan kesombongan, yang pada akhirnya muslim menjadi begitu eksklusif dan menganggap non muslim sebagai kafir dan tempatnya lah dineraka.

tidak mesti penganut agama lain tidak bertauhid. bukankah tauhid itu mengakui adanya penguasa dan pemilik tunggal yang menciptakan jagat semesta ini.

kekafiran yang disematkan kepada non muslim hanyalah ilusi dan kesemuan keyakinan.


Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim dari Al-Suddi. Ia berkata: Orang-orang Islam bertemu dengan orang-orang Yahudi dan Nashara. Orang Yahudi berkata kepada orang Islam: Kami lebih baik dari kalian. Agama kami sebelum agama kalian dan Kitab kami sebelum kitab kalian. Nabi kami sebelum Nabi kalian. Kami mengikuti agama Ibrahim. Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi. Berkata juga orang Nashara seperti itu. Maka berkatalah orang Islam: Kitab kami sesudah kitab kalian, Nabi kami sesudah Nabi kalian, dan agama kami sesudah agama kalian. Kalian telah diperintahkan untuk mengikuti kami dan meninggalkan urusan kalian. Kami lebih baik dari kalian.Kami berada pada agama Ibrahim, Ismail, dan Ishaq. Tidak akan masuk surga kecuali orang yang memeluk agama kami. Allah menolak perkataan mereka dan berfirman: Bukanlah angan-angan kamu dan bukan juga angan-anga n Ahli Kitab… (Al-Durr al-Mantsur, 2:6

saya meyakini semua penganut agama berpotensi untuk mendapatkan keselamatan, jika akhlak mereka mulia, cerminan dari kebertuhanan agamanya. karena ketinggian agama seseorang tercerminan dari ketinggian akhlak nya. bukankah tuhan berfirman bahwa muhammad diturunkan untuk memperbaiki ahklak yang terpuji. karena kesempurnaan kebertuhanan muhammad tercermin akhlak nya yang begitu sempurna berakhlak dalam akhlak tuhan. cerminan penghambaan yang paripurna

07 September 2008

MENJADI PEMBANGKANG ATAU TAAT TANPA SYARAT

Problem sosial, agama, politik, budaya, organisasi, triad selalu membutuhkan ketaatan atau harmoni dalam pelaksanaannya. Setiap otoritas baik itu agama, politik, sosial dalam kehidupan kita selalu menuntut pengikutnya dalam batas yang tak berbatas mungkin selalu menuntut ketaatan sehingga dominasi setiap otoritas menjadi efektif.

ketaatan yang semakin mengentalmungkin bisa dikatakankan loyal, kemudian menjadi militan bahkan menjadi puritan. Otoritas atau lembaga dan pemimpin menciptakan dan membangkitkan kembali simbol dan virtual vision terhadap apa yang ingin mereka capai yaitu cita2 membius pengikutnya. Slogan dipropagandakan kepada massa sampai saat tertentu massa menjadi budak. Itulah bisa dikatakan hegemoni, ketika pemimpin telah mengambil otoritas dari massanya, dan massa secara sukarela menyerahkan kebebasan mereka dibawah ketiak virtual vision pemimpin yang ditanamkan dialam bawah sadar massa.

Boleh jadi, Nazi misalnya menanamkan keyakinan mereka akan perjuangan bangsa Aria dalam menguasai dunia, filsafat, mitos, slogan, jargon, lagu-lagu, gerak langkah, uniform diciptakan demi menjadikan massa menjadi robot bernyawa yang siap digerakkan atas kepentingan virtual vision , atau cinta, atau suatu tatanan sosial yang ingin diciptakan. Sehingga massa bergerak mematuhi apa yang diperintahkan oleh pemimpin atau organisasinya dengan penuh kesungguhan bahkan mengorbankan kepentingan mereka sendiri.Sampai pada suatu massa apa yang dikehendaki oleh yang menghegemoni berhasil dilaksanakan berdasarkan ukuran2 keberhasilan yang mereka tetapkan secara sepihak.

Bila massa telah sukarela menyerahkan otoritas mereka pada lembaga atau otoritas mereka maka akal budi, keyakinan,logika, rasionalitas segala apa yang diyakini dari bentukan internal akan lebur dalam keyakinan artifisial yang dikembangkan oleh elite organisasi. Artinya kebebasan kemanusiaan mereka telah diberikan secara sukarela pada pemimpin mereka. Semakin pengaruh pemimpin dan terhadap individu pemimpin menjadi keniscayaan dalam mengarahkan massa nya menjadi apa yang diinginkannya.

Bahkan pemimpin sering kali disimbolkan sebagai sosok penyelamat atau ratu adil yang dia sendirilah yang berhak menterjemahkan suatu kebenaran atau satu2nya pihak yang berhak menentukan hujjah terhadap apapun bahkan sampai hal-hal terkecil yang bersifat individual. Inilah yang kita sebut dengan ketaatan mutlak. Massa digiring pada pada pemenuhan segala kebutuhan pemimpinnya namun pemimpin menyelamatkan diri bahkan untuk lebih menguatkan posisinya ditataran massa sebagai kepentingan massa bukanlah untuk kepentingannya.

Pengaruh dan dominasi ini bahkan masuk dalam wilayah privat pada setiap rumah massanya. Itulah sifat pemimpin sejatinya selalu mencari posisi untuk menjadi otoriter, menggunakan apa yang mereka bisa untuk menguasai atas dalih cita2 besar bersama, bahkan bisa dilihat dari organisasi agama bahkan organisasi preman sekalipun.

Ketika demi cita2 bersama yang dijargonkan, maka segala sesuatu yang memungkinkan untuk tercapainya cita2 bersama atau virtual vision tersebut, segala tindakan menjadi halal dan boleh. Misalnya kasus perang antar agama sekalipun, pemimpin atau otoritas agama menghalalkan kezaliman, korupsi, perampasan hak hidup, pemerkosaan, dominasi, menggantung menjadi halal demi satu kata perintah agama yang ditafsirkan sepihak oleh orang2 otoriter. Padahal sejatinya agama hanya dipakai oleh elite untuk kepentingan dirinya sendiri, demi kekuasaan, demi tanah, demi sumber2 alam yang mesti dikuasai.

Atau otoritarianisme ini juga sering mengental pada setiap organisasi ketika organisasi itu mempunyai keyakinan atau bahkan ideologi tertutup. Yaitu suatu keyakinan yang hanya segelintir elite saja yang berhak dalam melakukan penafsirannya. Massa tidak diberikan ruang bagi melakukan penafsiran terhadap apa yang telah menjadi keyakinan bersama tersebut.

Bila terdapat penafsiran baru yang bertentangan dengan apa yang diyakini bahkan tidak sejalan dengan kepentingan pemimpinnya, maka orang tersebut mendapatkan stigma pembangkang atau pemberontak. Pemberontak pastilah akan dibuat mati walau pun mereka bisa tetap hidup, atau hak2nya akan disusutkan sampai pemberontak tersebut hilang pengaruhnya dalam organisasi tersebut.

Contoh kontemporer mungkin , Anwar Ibrahim adalah salah satu contoh pemberontak dalam terminologi penguasa yang sedang berkuasa di Malaysia. Maka hak-hak nya pun dicabut, disingkirkan bahkan hak hidupnya pun dapat diambil paksa oleh pemimpin2 otoriter.

Menjadi pembangkang dalam pada wilayah otoritarianisme telah menghegemoni kehidupan masyarakat, penguasa tersebut menguasai segala infrasutruktur dan suprastruktur yang terdapat didalam lingkungan sosial yang dikuasainya bisa dikatakan pada saat itu adalah orang gila. Karena melawan mitos, gerak langkah, bagi pencapaian virtual vision penguasa.

Menjadi pembangkang dalam suasana dominasi yang begitu kuat, sehingga tidak memungkinkan bagi menciptakan nilai, pemahaman, kesadaran, rasionalitas adalah pengembanan amanat kenabian yang selalu ada pada setiap zaman.

Mungkin perbudakan pada abad mula adalah pencerabutan hak-hak kemanusiaan yang paling estrim yaitu manusia dijadikan budak yang sama hal nya dengan binatang ternak. Dimana manusia ditempatkan layaknya sapi penggarap sawah yang dipaksa bekerja, dipecut dan dibelati kemudian diberikan setumpuk rumput untuk kuat bekerja kembali.

Namun, pada setiap zaman perbudakan selalu muncul dalam bentuk baru bahkan zaman sekarang menjelma dalam bentuk yang sangat halus bahkan kita sendiri tidak menyadarinya atau mungkin kita telah masuk dan tercerabut kemanusiaan kita dalam perbudakan abad ini. Bila di Myanmar masih dalam cengkeraman otoriritarianisme yang paling nyata yaitu dengan aktornya adalah elite penguasa. Namun pada negara demokrasi sekalipun seperti negara kita, pun tidak luput dalam perbudakan global oleh korporatokrasi dimana negara rakyat institusi keagamaan,pemerintah, parlemen, pengadilan, media, militer, dikuasai oleh perusahaan asing yang menggunakan tangan-tangan negara tersebut.

Tangan negara pun dalam comfort zone, dimana mereka merasakan kenyamanan dari sistem sosial ini, persis juga seperti zaman penjajahan belanda dimana penguasa pribumi yang diwakili oleh raja-raja, demang dan pejabat pemerintahan dalam menguatkan penjajahan di Indonesia kala itu.

Dan setiap zaman juga muncul nabi2 baru yang memberontak terhadap otoritarianisme dalam segala bentuknya. Menawarkan nilai2 lama yang dibawa oleh para nabi dalam konteks yang lebih aktual. Pembangkangan pada awalnya selalu dijadikan sebagai musuh bersama baik itu oleh penguasa bahkan oleh rakyat.

Pembangkangan dan pemberontakan yang dimotori oleh kelas menengah kelompok yang paling tertindas akibat dari sistem sosial yang menindas tersebut selalu menuntuk kemerdekaan yang sejati atas dasar2 nilai persamaan, rasionalitas, keadilan, kesejahteraan bersama, perebutan kembali aset nasional selalu akan mendapatkan penentangan yang sangat keras.

Yang menjadi pertanyaan sesungguhnya adalah, apakah kita akan mengemban tugas2 mulia kenabian mesianis yang menjadi nilai spiritual terkandung didalam setiap diri manusia sebagai tugas yang dibebankan kepadanya? Namun resikonya kita akan menjadi petualang kesepian,bagai bernyanyi ditengah pantai?

Ataukah kita membiarkan kita, keluarga, masyarakat, negara menjadi budak pemuasan atau bahkan kita menjadi pendukung bagi atau menjadi paku yang menanamkan semakin kuat bagi penindasan masyarakat kita sendiri? Dan kita menjadi paku bagi menguatkan setiap penindasan, pemiskinan, penyerobotan hak-hak kehidupan kita bahkan yang paling dasar sekalipun, namun kita mendapatkan nilai tambah dari padanya seperti demang, atau pejabat pribumi yang diberikan kuasa oleh penjajah belanda dulu untuk mengusir kita dari tanah kita sendiri?

Akankah kita melanjutkan tugas-tugas kemanusiaan kita, yang memang melekat dalam kemanusiaan kita? Terkadang mereka yang telah masuk dalam comfort zone/zona nyaman yang telah mendapatkan apa yang mereka inginkan tidak mau untuk berubah apa lagi untuk memberikan apa yang mereka miliki untuk mereka yang telah dimanipulasi. Kita juga sering menjadi agen bagi penindasan yang disadari atau tidak telah mencerabut apa yang telah dimiliki lingkungan sosial kita.

Kekuasaan juga kadang2 adalah musuh yang nyata bagi kita sendiri.

Namun kekuasaan juga begitu seksi dan menggoda, yang dipakai untuk menghegemoni dan menguasai mereka yang dapat dimanipulasi untuk merebut segala yang bisa direbut, bahkan sampai seluruh bumi telah dikuasaipun tetap lah kita tidak merasa cukup akan nya.

Sejarah telah membuktikan bahwa kesadaran, rasionalitas, dan pengembanan misi kenabian untuk menjadi pembangkang adalah pilihan yang harus dipilih sebagai bukti eksistensi kita sebagai manusia. Sehingga kita tidak mati dalam hidup atau hidup dalam kematian. Semangat untuk memberontak terhadap segala bentuk otoritarianisme dan menggantinya dengan nilai2 yang membahagiakan terus dikobarkan dalam setiap diri. Karena setiap darah dan jantung akan tetap akan berdetak kencang bila kita melakukan pembangkangan dan pemberontakan untuk menuju kehidupan yang benar2 hakiki.

Setiap otoritarianisme adalah musuh yang nyata dalam kehidupan kita, segala bentuk manifestasinya hanya dapat dimusnahkan atau paling tidak diimbangi oleh orang-orang menjadi kelompok orang bahkan menjadi gerakan oleh para pembangkang dan pemberontak untuk menciptakan kehidupan yang dapat dikontrol oleh setiap kelompok masyarakat didalamnya. Karena tanpa ada kelompok orang yang gelisah untuk melakukan perubahan, maka kita telah atau memang bagian dari otoritarianisme itu sendiri yang telah dan akan mencabut kemerdekaan kita sendiri didalamnya. Bagai Ali Syariaty, atau Abu Dzar Al-Ghiffari, Socrates, Galileo Galilie atau D.N. Aidit menjadi terasing dan sepi diasingkan dari kehidupannya sendiri sebagai pilihan menjadi pemberontak bagi otoritarianisme. Mungkin kematian adalah lebih baik bagi mereka karena kemerdekaan adalah pilihan terbaik bagi mereka dari pada menjadi penguat penindasan bagi lingkungan, massa mereka sendiri.

Pemberontak dijalan kebenaran seperti tokoh2 tersebut memang jalan hidup yang mesti dipilih dari pada menikmati kemewahan yang menggoda. Karena setiap kemapanan selalu menggoda setiap orang didalamnya.Setiap pemberontakan, perjuangan, reformasi, atau apapun namanya selalu memakan anaknya sendiri. Mereka lah korban bagi suatu perjuangan dan pemberontakan atau revolusi yang tak selesai, dimana mereka berjuang untuk suatu nama yang begitu mulia yaitu kebebasan kemudian masuk dalam suatu penjajahan baru yang lebih kompleks dari sebelumnya yang menggunakan seluruh aparatus atau insititusi didalamnya. Revolusi yang memakan anakknya sendiri, memang benar adanya. Namun mereka menjadi simbol bagi kebangkitan pemberontak2 baru disetiap belahan dunia, yang membuat dunia ini tak pernah mati.