Ali disisi Rasulullah Seperti Musa dg Harun hanya Tak ada Nabi Lagi Setelahnya

24 Agustus 2008

Kekafiran Label Moral Apa Label Akidah????


Kafir, ya tentang kekafiran.
Sepanjang yang dipelajari pada pendidikan formal di negeri ini bahkan didunia Islam, Kafir sering kali disematkan kepada kelompok masyarakat yang KTP nya tidak agama Islam.

Kafir kemudian sangat penting bahkan menjadi sentral dalam bahasan agama adalah karena ketika seseorang telah diberi stigma kafir dia adalah penghuni neraka berdasarkan sebagian penganut islam tertentu. Bahkan adalah musuh bagi agama ini.

Berdasarkan pemahaman Islam kelompok ini Tuhan sepertinya sangat memaksa orang masuk dalam islam dalam hal ini bersyahadat sehingga kemudian orang tersebut ketika dewasa didalam KTPnya tertulis agama Islam.

Namun yang sering menjadi pertanyaan adalah, Apakah Tuhan begitu Eksklusif? Hanya dimiliki oleh umat tertentu seperti Islam, Kristen, Yahudi, sehingga yang bukan dari bagian itu adalah Kafir?

Atau pertanyaan lain yang sering mengganggu, mengapa Tuhan meniupkan zatnya yang tidak diberikannnya kepada mahluknya yang lain yaitu Ruh, dan Akal? Bukankah akal yang diangurahkan Tuhan kepada mahluknya manusia untuk mengetahui kebenaran hakiki?

Pada setiap masyarakat manapun, umat manusia membenarkan bahwa membunuh, menipu, menzalimi, dan segala perilaku negatif yang dapat perusak sistem sosial yang eksis adalah kejahatan? Yang kemudian diakui secara universal seluruh peradaban manusia.

Atau pertanyaan lain, jika benar keselamatan hanya milik Islam atau Agama samawi lainnya, mengapa seluruh Nabi diturunkan di Timur Tengah, sedangkan peradaban manusia eksis tidak hanya di arab? Bukankah bumi juga di isi oleh Asia, Aztek, Aborigin, Indian, dan lainnya? Yang sampai nabi terakhir pun kitab suci tidak menjelaskan nabi hadir ditempat2 tersebut?

Atau mungkin pertanyaan yang lebih ekstrim mungkin, mengapa tuhan hanya ingin menyelamatkan orang2 dijazirah arab? Bukankah tuhan milik seluruh umat manusia, termasuk alam semesta ini adalah mahluk Tuhan?

Jika kekafiran adalah simbol akidah, maka gugur semua nilai kebenaran agama, karena nilai kebenaran universal akan tidak bernilai di Mata Tuhan. Sebagai contoh, bila seseorang melakukan pembunuhan terhadap manusia yanng lain apa lagi orang tersebut berbeda agama dengan nya maka pembunuhan tersebut menjadi sah dan mendapatkan pengampunan dari tuhan. Dan sebaliknya jika seseorang melakukan kebaikan yang tak berhingga namun dia tidak masuk dalam lingkaran agama samawi maka tidak akan bernilai dimata tuhan sebagai contoh mungkin Mahatma Ghandi. Hal ini tentu saja akan merusak tatanan nilai yang telah dibangun tentu saja mengakibatkan perbuatan dosa dan pahala menjadi tidak dapat ditegakkan dengan sesungguhnya. Sehingga kekerasan, kekejian,kezaliman, perampasan hak hidup manusia menjadi sah bila atas itu dilakukan oleh Islam, Kristen, dan Yahudi dalam rangka memerangi orang kafir.

Definisi kafir dalam model ini menurut saya adalah nilai yang dibawa oleh perang salib yang masih saja menjadi nilai bagi penganut agama islam. Sehingga seseorang yang dianggap kafir mereka yang bukan beragama islam.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang yahudi, orang-orang nasrani, dan orang-orang shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada allah, dan hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (2:62)

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَىمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَا لِحًا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang yahudi, shabiin, orang-orang nasrani dan orang siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar beriman dan beramal shaleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (5:69)

Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim dari Al-Suddi. Ia berkata: Orang-orang Islam bertemu dengan orang-orang Yahudi dan Nashara. Orang Yahudi berkata kepada orang Islam: Kami lebih baik dari kalian. Agama kami sebelum agama kalian dan Kitab kami sebelum kitab kalian. Nabi kami sebelum Nabi kalian. Kami mengikuti agama Ibrahim. Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi. Berkata juga orang Nashara seperti itu. Maka berkatalah orang Islam: Kitab kami sesudah kitab kalian, Nabi kami sesudah Nabi kalian, dan agama kami sesudah agama kalian. Kalian telah diperintahkan untuk mengikuti kami dan meninggalkan urusan kalian. Kami lebih baik dari kalian.Kami berada pada agama Ibrahim, Ismail, dan Ishaq. Tidak akan masuk surga kecuali orang yang memeluk agama kami. Allah menolak perkataan mereka dan berfirman: Bukanlah angan-angan kamu dan bukan juga angan-anga n Ahli Kitab… (Al-Durr al-Mantsur, 2:6

Ayat diatas menegaskan bahwa hanya angan-angan orang Islam, Kristen, dan Yahudi sajalah bahwa hanya kelompok mereka saja yang selamat pada hari pembalasan. Tuhan akan memberikan keselamatan kepada masyarakat yang berketuhanan dan berbuat kebaikan dan beramal shaleh, bahwa kebenaran adalah universal yang terdapat dalam hati sanubari manusia, dan ini melekat dengan kemanusiaan manusia. Sehingga angan-angan bahwa islam atau agama samawi lainnya yang hanya akan mendapatkan keselamatan adalah ilusi. Tuhan juga menegaskan dalam ayat ini bahwa tuhan adalah milik seluruh umat manusia bahkan kelompok yang tidak terdaftar dalam KTP sekalipun agamanya.

Tuhan mengakui dan menerima setiap kebaikan dan amal shaleh , namun mengapa pemeluk agama begitu eksklusif menganggap mereka lah yang paling benar sehingga kebencian dan sinisme terhadap pemeluk agama yang berbeda berkembang begitu dahsyat. Keberagaman atau Pluralitas adalah kenyataan sejarah peradaban manusia yang mestinya harus diterima dengan lapang dada dan seharusnya menjadi kekayaan serta bukti bahwa tuhan benar-benar ada, dia telah menurunkan nabi-nabi pada setiap peradaban agar masyarakat tersebut tidak tersesat dan membesarkannya melalui pemujaaan yang berbeda-beda bukankah kebenaran universal terdapat pada setiap agama.

Kekafiran yang selama ini distigmakan selain Islam mestinya harus dikaji kembali, apakah Kafir adalah simbol akidah atau simbol ahlak. Sepanjang kedatangan agama dan nabi-nabi adalah mengajarkan ahlak yang sempurna sehingga manusia mampu berinteraksi dan membangun sistem sosial yang harmonis dan berkeadilan.
Musuh agama bukanlah agama lainnya, yang sampai hari ini masih terus berlanjut, sisa-sisa warisan perang salib.

Kekafiran juga dalam alQuran tidak disematkan kepada Kristen, Yahudi, maupun majusi tapi kafir disematkan pada suku Quraisy mekah yang selanjutnya sering disebut dengan kafir quraisy. Yaitu suatu sistem sosial yang zalim dan jahiliah dimana interaksi didalam masyarakatnya yang jauh lebih keji dari barbar. Ahlak quraisy yang randah lah kemudian disebut tuhan dengan kekafiran.

Kita mengakui semua bahwa peradaban jahiliah adalah seburuk-buruknya peradaban manusia. Simbol kesombongan, keserakahan, feodalisme, perbudakan, kezaliman menjadi ciri dari masyarakatnya. Maka bila penganut agama lain selain islam tidaklah harusnya diidentifikasikan sebagai kafir. Karena kekafiran adalah simbol ahlak atau bukan simbol akidah. Dan tuhan pun mengakui bahwa setiap agama akan diberikan keselamatan bila bertuhan dan beramal shaleh. Gugurlah keagamaan seseorang bila dia meskipun islam jika berperilaku zalim dan kafir seperti masyarakat kafir quraisy.

Aliran memisahkan ahlak dari agama adalah penganut filsafat fatalisme atau murji’ah yang berkembang pada zaman dinasti umayah. Akibat ketakutan kepada penguasa bani umayah yang sangat zalim serta hegemoni kekuasaannya yang sangat kuat sehingga aliran ini kemudian berkembang luas yaitu aliran yang mengatakan bahwa seburuk-buruknya perilaku manusia bila dia muslim, maka masih berkemungkinan masuk syurga.

Timbul pertanyaan yang sering mengganggu saya H.M Soeharto apakah masuk syurga, dengan apa yang telah pembantaian lebih dari 500 ribu nyawa manusia? Ataukah seorang rahib seperti Mahatma Ghandi yang berjasa besar sebagai pembebas India dan insipirator bagi perjuangan perlawanan tanpa kekerasan hanya karena dia bukan islam atau agama samawi lainnya?

Jika pendapat islam yang menurut asumsi bahwa agama berpisah dari ahlaknya, maka gugutlah pula teori keadilan tuhan.

Saya berkeyakinan bahwa ayat diatas jawaban bagi orang-orang yang beramal shaleh meskipun bukan islam atau pun masuk dalam salah satu agama samawi.

Palembang, 24 agustus 2008