sampai saat ini dosa orde baru dan pasukannya masih menggantung diatas langit, yang tinggal hanya kenangan persis lagu Gabby. Kejahatan sistematis dalam penegakan orde soeharto tersebut tak kunjung ada muara untuk memuaskan rakyat, terutama kejahatan ham baik itu G 30 sept, dan perampasan hak hidup laen sesudahnya seperti kasus penembakan misterius, Tanjung Priok, 27 Juli dll.
Mungkin yang penting dicermati adalah Tap MPR tentang PKI yang sampai hari ini belum dicabut oleh MPR.
Pencabutan Tap MPR tersebut sangat penting bagi Indonesia untuk bergerak maju dari bayang-bayang masa lalu yang mencekam. Dimana lebih dari 500 ribu nyawa manusia yang dibantai, dihukum dan dipenjara tanpa pengadilan.
Luka tersebut belum akan sembuh sebelum ada keberanian politik penguasa untuk mengungkapkan bagaimana peristiwa G 30 Sept 65 itu sebenarnya. Supersemar yang merupakan legitimasi bagi soeharto dan orde baru berkuasa pun masih sangat misterius.
Mungkin yang perlu dicermati adalah kejahatan kemanusian yang terbesar di muka bumi yang Putra putri yang dituduh komunis, dari peristiwa G 30 Seot 65 masih merasakan trauma yang sangat mencekam apa dosa bapak atau nenek moyang mereka sehingga anak keturunannya dikutuk bahkan dianggap bagai keturunan iblis. Sehingga segala bentuk kekejian dimasyarakat sering dipersamakan dengan PKI. Bahkan anak durhaka pada orang tuanya, membunuh sering kali dipersamakan dengan perilaku PKI. Hal ini terasa sangat tidak adil dan sangat tidak manusiawi dimana kita memegang teguh pancasila sebagai pemersatu bangsa ini.
Padahal PKI adalah hanya salah satu partai politik yang memegang ideologi mainstream. Lintasan sejarah Indonesia berlalu begitu saja dengan telah berpindahnya kekuasaan pada lebih dari 4 Presiden yang memimpin negeri ini, namun sampai hari ini belum ada satu partai politik pun yang mempunyai keberanian politik untuk mencabut Tap MPRS tersebut.
Negara ini untuk menatap masa depan yang lebih baik tanpa memendam luka sejarah yang dalam harus memiliki keberanian untuk mengungkap seluruh kekejian yang dilakukan oleh Orde Baru terhadap pelanggaran hak hidup rakyatnya dari awal orde baru berdiri sampai saat kejatuhannya.
Mungkin yang penting dicermati adalah Tap MPR tentang PKI yang sampai hari ini belum dicabut oleh MPR.
Pencabutan Tap MPR tersebut sangat penting bagi Indonesia untuk bergerak maju dari bayang-bayang masa lalu yang mencekam. Dimana lebih dari 500 ribu nyawa manusia yang dibantai, dihukum dan dipenjara tanpa pengadilan.
Luka tersebut belum akan sembuh sebelum ada keberanian politik penguasa untuk mengungkapkan bagaimana peristiwa G 30 Sept 65 itu sebenarnya. Supersemar yang merupakan legitimasi bagi soeharto dan orde baru berkuasa pun masih sangat misterius.
Mungkin yang perlu dicermati adalah kejahatan kemanusian yang terbesar di muka bumi yang Putra putri yang dituduh komunis, dari peristiwa G 30 Seot 65 masih merasakan trauma yang sangat mencekam apa dosa bapak atau nenek moyang mereka sehingga anak keturunannya dikutuk bahkan dianggap bagai keturunan iblis. Sehingga segala bentuk kekejian dimasyarakat sering dipersamakan dengan PKI. Bahkan anak durhaka pada orang tuanya, membunuh sering kali dipersamakan dengan perilaku PKI. Hal ini terasa sangat tidak adil dan sangat tidak manusiawi dimana kita memegang teguh pancasila sebagai pemersatu bangsa ini.
Padahal PKI adalah hanya salah satu partai politik yang memegang ideologi mainstream. Lintasan sejarah Indonesia berlalu begitu saja dengan telah berpindahnya kekuasaan pada lebih dari 4 Presiden yang memimpin negeri ini, namun sampai hari ini belum ada satu partai politik pun yang mempunyai keberanian politik untuk mencabut Tap MPRS tersebut.
Negara ini untuk menatap masa depan yang lebih baik tanpa memendam luka sejarah yang dalam harus memiliki keberanian untuk mengungkap seluruh kekejian yang dilakukan oleh Orde Baru terhadap pelanggaran hak hidup rakyatnya dari awal orde baru berdiri sampai saat kejatuhannya.
Dalam hal ini yang dituduh PKI, anak dan keturunan layak mempertanyakan mengapa mereka diisolasi dari kehidupan dari republik ini. Mengapa mereka tidak bisa bersekolah, tidak dapat mendapatkan pekerjaan yang layak, mengapa mereka tidak bisa bersosialisasi dinegara yang terkenal dengan tepo selironya ini.
Ganjalan sejarah ini sangat menghambat dalam membangun negara ini menjadi kuat dimana seluruh elemen masyarakat dalam kembali bersatu bahu membahu membangun bangsa ini menjadi bangsa lebih baik dan bermartabat.
Sampai dengan kematiannya pun Soeharto tidak pernah diadili tentang apa yang telah dilakukannya termasuk ABRI, Golkar, dan Birokrasi yang merupakan fondasi politik orde baru pada waktu itu.
Disisi kita melihat begitu banyak hal baik yang dilakukan oleh orde baru, sisi kelam yang dilakukan oleh orde baru tidak boleh dilupakan begitu saja. Hal ini penting bagi renungan anak bangsa dalam melangkah menjadi lebih baik. Mungkin tokoh negeri in bicara tentang permaafan dan rekonsiliasi. Namun maaf takkan pernah ada artinya tanpa ada pengungkapan kesalahan, begitu pun rekonsiliasi takkan mungkin dilakukan tanpa ada keberanian politik penguasa untuk berbesar hati untuk mengungkap dengan tuntas dosa besar sejarah orde baru yang mencabut hak hidup manusia yang mestinya hanya tuhan saja berhak mencabut nyawa mahluknya.
Pemimpin telah banyak berganti, partai politik telah banyak pula yang memimpin negeri ini, namun harapan harus tetap terpatri untuk Indonesia menjadi sebuah bangsa yang berani untuk menjadi bangsa yang besar yaitu bangsa yang berani mengakui kesalahannya kemudian bangsa ini akan menjadi bangsa yang lebih kuat dari sebelumnya lebih besar.
Bukankah semua pemimpin itu manusia, harusnya kemanusiaan pemimpin selalu menyimpan kelemahan, mestinya bangsa ini harus bangkit untuk bersatu dengan berani berkata yang benar itu benar yang salah itu salah serta berbaikan untuk bermaafan sehingga terjadi rasa saling memahami dan menghormati sesama warga bangsa. Semua elemen bangsa ini adalah berkontribusi bagi bangsa ini menjadi besar tidak bisa suatu elemen menganggap bahwa mereka lah yang paling berjasa dalam membangun dan memerdekakan bangsa ini, bukankah PKI juga berperan besar dalam memerdekakan bangsa ini, jangan pernah menganggap remeh bahkan melecehkan jasa besar pendiri bangsa ini.
walau sampai hari ini belum ada titik terang permasalahan dosa politik kemanusiaan terbesar abad ini yang dilakukan oleh Soeharto dengan orde barunya. Sebagai generasi muda yang melanjutkan tongkat estafet membangun bangsa ini lebih bermartabat, harus tetap menyimpan harapan bahwa dosa orde baru harus diungkap untuk menjadi pelajaran yang bisa ditarik pelajarannya oleh penerus bangsa ini.
Harapan, harapan terus dikembangkan karena karena harapanlah kita masih terus berusaha untuk maju,....
Kini pemilu 2009 sudah kian dekat, kepemimpinan nasional akan berotasi,....
maka kita tetap harus punya harapan bahwa negara ini akan menjadi negara yang besar,.. yang berani mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada mereka yang telah dizaliminya dan merehabilitasi seluruh hak-hak yang telah direnggut paksa.
Ganjalan sejarah ini sangat menghambat dalam membangun negara ini menjadi kuat dimana seluruh elemen masyarakat dalam kembali bersatu bahu membahu membangun bangsa ini menjadi bangsa lebih baik dan bermartabat.
Sampai dengan kematiannya pun Soeharto tidak pernah diadili tentang apa yang telah dilakukannya termasuk ABRI, Golkar, dan Birokrasi yang merupakan fondasi politik orde baru pada waktu itu.
Disisi kita melihat begitu banyak hal baik yang dilakukan oleh orde baru, sisi kelam yang dilakukan oleh orde baru tidak boleh dilupakan begitu saja. Hal ini penting bagi renungan anak bangsa dalam melangkah menjadi lebih baik. Mungkin tokoh negeri in bicara tentang permaafan dan rekonsiliasi. Namun maaf takkan pernah ada artinya tanpa ada pengungkapan kesalahan, begitu pun rekonsiliasi takkan mungkin dilakukan tanpa ada keberanian politik penguasa untuk berbesar hati untuk mengungkap dengan tuntas dosa besar sejarah orde baru yang mencabut hak hidup manusia yang mestinya hanya tuhan saja berhak mencabut nyawa mahluknya.
Pemimpin telah banyak berganti, partai politik telah banyak pula yang memimpin negeri ini, namun harapan harus tetap terpatri untuk Indonesia menjadi sebuah bangsa yang berani untuk menjadi bangsa yang besar yaitu bangsa yang berani mengakui kesalahannya kemudian bangsa ini akan menjadi bangsa yang lebih kuat dari sebelumnya lebih besar.
Bukankah semua pemimpin itu manusia, harusnya kemanusiaan pemimpin selalu menyimpan kelemahan, mestinya bangsa ini harus bangkit untuk bersatu dengan berani berkata yang benar itu benar yang salah itu salah serta berbaikan untuk bermaafan sehingga terjadi rasa saling memahami dan menghormati sesama warga bangsa. Semua elemen bangsa ini adalah berkontribusi bagi bangsa ini menjadi besar tidak bisa suatu elemen menganggap bahwa mereka lah yang paling berjasa dalam membangun dan memerdekakan bangsa ini, bukankah PKI juga berperan besar dalam memerdekakan bangsa ini, jangan pernah menganggap remeh bahkan melecehkan jasa besar pendiri bangsa ini.
walau sampai hari ini belum ada titik terang permasalahan dosa politik kemanusiaan terbesar abad ini yang dilakukan oleh Soeharto dengan orde barunya. Sebagai generasi muda yang melanjutkan tongkat estafet membangun bangsa ini lebih bermartabat, harus tetap menyimpan harapan bahwa dosa orde baru harus diungkap untuk menjadi pelajaran yang bisa ditarik pelajarannya oleh penerus bangsa ini.
Harapan, harapan terus dikembangkan karena karena harapanlah kita masih terus berusaha untuk maju,....
Kini pemilu 2009 sudah kian dekat, kepemimpinan nasional akan berotasi,....
maka kita tetap harus punya harapan bahwa negara ini akan menjadi negara yang besar,.. yang berani mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada mereka yang telah dizaliminya dan merehabilitasi seluruh hak-hak yang telah direnggut paksa.