Ali disisi Rasulullah Seperti Musa dg Harun hanya Tak ada Nabi Lagi Setelahnya

14 November 2010

AQIDAH SYIAH IV HARI AKHIR & KEHIDUPAN SETELAH MATI (AYATULLAH UZHMA ANWAR MAKARIM SYIRAZI)

34. Tidak Ada Arti Kehidupan Tanpa Hari Akhir

Syi’ah meyakini bahwa suatu hari nanti seluruh umat manusia akan dibangkitkan dari kubur dan dilakukan hisab atau evaluasi atas perbuatan-perbuatan mereka di dunia. Yang berbuat baik akan mendapatkan sorga, sementara yang berbuat keburukan dicernplun.gkan ke nereka.
Allah, tiada Tuhari selain-Nya. Ia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak dapat diragukan kedatangannya. (QS. 4:87)
Adapnn orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi, neraka adalah tempat tingga/nya, sedangkan yang takut pada kebesaran Tuharinya dan mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsu, sorga adalah tempat tinggalnya. (QS. 79:37-41)
Syi’ah meyakini bahwa dunia ini adalah jembatan yang harus dilewati oleh manusia untuk sampai ke tempatnya yang abadi. Atau dengan kata lain, dunia adalah sekolah, pasar, atau ladang bagi hari akhir. Iniam ‘Ali as berkata tentang dunia:
Sesungguhnya dunia adalah kampung kebenaran bagi yang benar dalamnya...,   kampung kekayaan bagi yang membekali dirinya, kampung belajar bagi yang mengambil pelajaran, masjid kekasih Allah, mushalla para malaikat Allah, tempat turunnya wahyu, dan tempat berniaganya kekasih-kekasih Allah. (Nahjul-balaghah, mutiara-mutiara pendek no. 131)



35. Bukti-bukti Hari Akhir Nyata

Syi’ah meyakini bahwa bukti-bukti tentang hari akhir sangat jelas. Itu karena:
Pertama,kehidupan dunia tidak mungkin merupakan tujuan akhir penciptaan manusia, karena apalah artinya kehidupan jika ia hariya datang untuk beberapa saat, bahkan hariis menghadapi berbagai macam persoalan yang menghadangnya, kemudian mati dan berakhirlah segala sesuatu? Tidak mungkin.
Apakah kamu mengira bahwa Kami ciptakan kamu sia-sia dan kamu tidak kembali kepada Kami? (QS. 23:115)
Pada ayat ini ada isyarat bahwa kehidupan dunia akan menjadi sia-sia jika tanpa hari akhir.
Kedua,keadilan Ilahi menuntut pemisahari orang-orang saleh dari orang-orang bejat, supaya masing-masing mendapat ganjaran yang setinipal.
Apakah orang-orang yang berbuat maksiat mengira bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang berinian dan berbuat baik, sama antara hidup dan mati mereka? Sungguh buruk kesinipulan mereka. (QS. 45:21)
Ketiga, Kasih sayang Allah Swt yang luas menuntut tidak terputusnya kucuran anugrah-Nya dan kontinuitas proses kesempumaan manusia, al-takamul al-basyari, bagi orang-orang yang siap dan pantas mendapatkannya.
Dan telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak dapat diragukan lagi kedatangannya. (QS. 6:12)
Al-Quran berbicara kepada orang-orang yang meragukan hari akhir:
Mereka berkata: "Apabila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang haricur, apakah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?" Katakan: "Jadilah batu, besi, atau makhluk lain yang kamu anggap tidak mnngkin." Maka mereka akan berkata: "Siapakah yang menghidupkan kami?" Katakan: "Dialah Jang telah menciptkan kamu pada kali pertama. (QS. 17:49-51)
Maka, apakah Kami letih dengan penciptaan pertama? Sungguh mereka dalam keraguan tentang penciptaan baru. (QS. 50:15)
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami tapi lupa dengan penciptaannya sendiri dan berkata: "Siapakah yang dabat menghidupkan tulung-tulang yang telah kancur-lebur ini?" Katakan: Yang pertama kali menciptakannya, Dialah yang akan menhidupkannya". Sungguh Dia Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya. (QS 36:78-70)
Selain itu, penciptaan manusia bukan sesuatu yang sulit bila dibandingkan dengan penciptaaan langit dan bumi. Tuhari yang mampu menciptakan alam luas ini, yang mengandung aneka keajaiban dan kelebihari tentu saja mampu menghidupkan orang mati.
Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya kuasa menghidupkan orang mati. Ya, sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 46:33)


36. Kebangkitan Jasmani

Syi’ah meyakini bahwa tubuh dan jiwa atau ruh manusia bersama-sama akan dibangkitkan di akhirat dan bersama-sama pula akan menempuh kehidupan baru, sebab keduanya telah bersama-sama hidup di dunia. Karena itu bersama-sama pula harus menerinia balasan yang setinipal, pahala atau hukuman.
Di samping itu, sebagian besar ayat-ayat al-Quran yang berbicara mengenai kebangkitan justru mengisyaratkan tentang kebangkitan jasmani, seperti jawaban al-Quran atas kebingungan orang-orang yang menentang kebangkjtan jasmani, yang mempertanyakan bagainiana tulang-tulang yang telah haricur dapat kembali hidup, bahwa:
Katakanlah, yang menghidupkannya adalah yang pertama kali menciptakannya. (QS. 36:79)
Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya? Tentu Kami bisa, dan Kami kuasa mengumpulkan jarijemarinya dengan sempuma. (QS. 75:3-4)
Ayat-ayat di atas dan yang sejenisnya dengan jelas menunjukkan adanya kebangkitan jasmani. Demikian pula ayat-ayat yang berbicara mengenai kebangkitan dari kubur. Ya, rnemang sebagian besar ayat-ayat yang berbicara mengenai hari kebangkitan menegaskan adanya kebangkitan jasmani dan ruharii.


37. Alam Sesudah Mati

Syi’ah meyakini bahwa apa yang ada di dunia sana, alam sesudah mati, kiamat, sorga, dan neraka jauh dari apa yang kita ketahui di kehidupan dunia yang terbatas ini.
Tidak seorang pun mengetahui sesuatu yang menyenangkan pandangan mata yang disembunyikan bagi mereka sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan. (QS. 32:17)
Dalam hadis qudsi disebutkan bahwa Allah Swt berfirman:
Kupersiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang salih sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didingar oleh telinga, dan belum pernah terbersit dalam hati seseorang.[1]
Kehidupan kita di dunia ini, bila dibandingkan dengan kehidupan di akhirat, ibarat kehidupan janin dalam rahini ibunya, yaitu serba terbatas dan tidak dapat menangkap apa yang ada di luar. Janin tidak mengetahui apa itu matahari, bulan, udara, bunga, deburan ombak di laut, dan sebagainya, meskipun si janin anggaplah memiliki akal dan kecerdasan. Demikian pula kita, bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.


38. Hari Kebangkitan dan Amal Ibadah

Syi’ah meyakini bahwa pada hari kiamat nanti setiap orang akan menerinia buku catatan amalnya. Orang saleh akan menerinianya dengan tangan kanannya, sementara orang fasik akan menerinia dengan tangan kirinya.
Ada pun orang yang menerinia kitabnya dengan tangan kanannya, maka ia berkata "Bacalah kitabku. Aku yakin akan sampai pada hisab amalku." Ia berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam sorga yang tinggi, yang buah-buaharinya amat dekat dengannya. (QS. 69:19-23)
Sementara orang yang menerinia kitabnya dengan tangan kirinya berkata: "Wahai, alangkah baiknya jika aku tidak menerinia kitabku dan tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. (QS. 69:25-26)
Akan tetapi, bagainiana bentuk buku catatan itu dan bagainiana ia ditulis, yang data-datanya tidak dapat diingkari oleh siapa pun adalah sesuatu yang tidak jelas buat kita. Seperti yang sudah kita singgung, hari kebangkitan mengandung banyak misteri yang ddak dapat dijangkau oleh manusia. Hariya saja kita tidak dapat mengingkari keberadaannya.


39. Kesaksian di Hari Kiamat

Syi’ah meyakini bahwa Allah Swt menyaksikan semua perbuatan kita. Demikian pula halnya dengan tangan, kaki, kulit, bumi yang kita huni, dan sebagainya adalah saksi-saksi lain di luar Allah Swt.
Hari ini Kami tutup mulut mereka sementara tangan-tangan mereka berbicara kepada Kami dan kaki-kaki mereka bersaksi atas apa yang mereka perbuat. (QS. 36:65)
Dan mereka berkata kepada kulit-kulit mereka: "Mengapa kalian bersaksi atas kami?" Kulit-kulit itu berkata: "Allah yang telah membuat segala sesuatu berbicara, Dialah yang telah membuat kami berbicara. (QS. 41:21)
Hari itu bumi menceritakan berita-beritanya karena Tuhanmu telah memerintahkannya. (QS.99:4-5)


40. Siratal Mustaqini dan Tinibangan Amal

Syi’ah meyakini bahwa di akhirat nanti akan ada tinibangan amal dan jembatan siratal-mustaqini, yaitu jembatan yang terbentang di atas neraka, yang akan dilalui oleh setiap orang. Jalan ke sorga pun harus dengan melintas di atas neraka.
Setiap kamu pasti akan mendatangi neraka. Bagi Tuhanmu hal itu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang taqwa dan membiarkan orang-orang yang tersungkur di dalamnya. (QS. 19:71-72)
Akan tetapi untuk mampu melewati jalan yang berbahaya ini tergantung pada amal perbuatan manusia itu sendiri, sebagainiana ujar sebuah hadis:
Di antara mereka ada yang berjalan seperti kilat. Di antara mereka ada yang berjalan seperti larinya kuda. Di antara mereka ada yang berjalan merangkak. Di antara mereka ada yang berjalan kaki. Di antara mereka ada yang berjalan bergantung, kadang disambar api dan kadang lepas dari sambaran api.[2]
Sedang yang disebut tinibangan itu, sebagainiana namanya, ialah alat untuk meninibang amal manusia. Pada hari itu, semua amal manusia akan ditinibang dan dihisab satu persatu;
Dan Kami akan memasang tinibangan yang akurat pada hari kiamat. Tidak seorangpun akan dirugikan. Dan meskipun seberat biji sawi, Kami tetap akan memberikan ganjaran padanya. Cukuplah Kami sebagai penghitung. (QS. 21:47)
Adapun orang yang tinibangannya berat, maka ia akan berada dalam kehidupan yang menyenangkan. Tetapi orang yang tinibangannya ringan, maka tempatnya adalah neraka. (QS. 101:6-9)
Ya, Syi’ah meyakini bahwa keselamatan manusia pada hari itu tergantung amalnya. Khayalan dan angan-angannya sama sekali tidak dapat menyelamatkannya dari panasnya api neraka. Ia hariya dapat berharap dari ketaqwaan dan kesucian dirinya.
Tiap orang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. (QS. 74:38)
Demikianlah penjelasan singkat mengenai siratal-mustaqini dan tinibangan amal. Adapun rinciannya, kita sama sekali tidak mengetahuinya, karena alam akhirat jauh lebih tinggi dan lebih luas dari alam dunia kita. Karena itu adalah sangat sulit bahkan mustahil bagi kita untuk dapat memahami permasalahan yang berkaitan dengan alam itu.


41. Syafaat di Hari Kiamat

Syi’ah meyakini bahwa para nabi, iniam maksum, dan wali-wali Allah akan memberi syafaat kepada sebagian pendosa dengan izin Allah, sebagai bagian dari pemberian maaf Allah kepada hamba-hamba-Nya. Akan tetapi jangan lupa bahwa izin itu hariya diberikan kepada orang-orang yang tidak memutus hubungan dengan Allah dan para kekasih-Nya. Dengan demikian, syafaat tidak berlaku mudak, tapi dengan syarat-syarat tertentu, yang ada hubunganya dengan amal dan niat kata.
Mereka tidak akan memberikan syafaat kecuali terhadap orang yang diridhai Allah (QS21:28)
Syafaat, seperti yang pernah kita singgung, adalah sebuah metoda pendidikan dan alat untuk mencegah seseorang bergeliniang dalam dosa serta putus hubungan dengan para kekasih Allah, sekaligus mendorongnya meninggalkan perbuatan dosa dan kembali kepada Allah.
Tidak dapat diragukan baliwa maqam syafaat agung adalah untuk Rasulullah saw; baru kemudian para nabi, iniam-iniam yang suci, para ulama, syuhada, mukminin, bahkan Quran, dan amal salih.
Diriwayatkan dari Iniam Shadiq:
Tidak seorangpun, baik dari generasi awwalin, orang-orang pertama, maupun generasi akhirin, orang-orang kemudian, kecuali memerlukan syafaat Nabi Muhammad saw pada hari akhir. (Bihar al-Anwar, VIII: 42)
Dalam riwayat lain dari Nabi saw:
Pemberi syafaat ada linia kelompok, yaitu Quran, kasih sayang, amanah, nabi kamu, dan Ahlubait nabiniu. (Kanzul-ummalYN :390,hadis 39-41)
Pada hadis lain dari Iniarn Shadiq:
Jika hari kiamat tiba, Allah bangkitkan orang berilmu, ulama, dan ahli ibadah (al-dbid). Ketika keduanya bersinipuh di hadapan Allah, kepada al-abid dikatakan: ''Masuklah ke sorga'', sementara itu kepada ulama dikatakan: "Berdirilah di sini dan berikan syafaat kepada orang-orang karena baiknya pengajaranmu kepada mereka. (Bihar al-Anwar, VIII :56, hadis 66)
Dalam hadis ini terkandung filsafat syafaat yang menarik.


42. Alam Barzakh

Syi’ah meyakini bahwa di antara alam dunia dan alam akhirat ada alam ketiga yang disebut dengan alam barzakh, yaitu alam di mana ruh manusia bersemayam di sana sesudah kematian hingga datang hari kiamat.
Dan di belakang mereka ada alam barzikh sampai hari mereka dibangkitkan. (QS. 23:100)
Tetapi pengetahuan kita tentang alam ini sebetulnya tidak banyak, kecuali bahwa arwah orang-orang salih akan bersemayam di tempat yang mulia dan mendapat nikmat yang berlinipah.
Jangan kamu kira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tapi sesungguhnya mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mendapat rezeki. (QS. 3:169)
Sementara arwah orang-orang yang zalini, para tiran, dan pendukung-pendukungnya akan tersiksa, sebagainiana yang dinyatakan Allah tentang Fira'un dan keluarganya.
Kepada mereka ditayangkan neraka pagi dan petang, dan pada saat datangnya hari kiamat (ia berkata): "Masukkan keluarga Firaun dalam siksa yang paling berat. (QS. 40:46)
Selain kedua kelompok di atas, ada kelompok lain yang tidak termasuk salah satu dari keduanya, yaitu mereka yang dosa-dosanya tidak sebesar kelompok kedua. Mereka tidak mendapat siksaan, tapi juga tidak memperoleh kenikmatan. Mereka seakan tidur dan baru bangun ketika kiamat tiba.
Dan pada saat datangya hari kiamat, orang-orang berdosa bersumpah bahwa mereka tidak tinggal dalam kubur kecuali sebentar. (QS. 30:55)
Dan orang-orang yang diberi ilmu dan inian berkata (kepada para pendosa): "Kamu telah tingga! (di dalam kubur) atas ketetapan Allah hingsa hari kebangkitan. Dan ini adalah hari kebangkitan, tapi kamu tidak tahu. (QS. 30:56)
Dalam sebuah hadis Nabi saw disebutkan:
Kuburan itu boleh jadi merupakan taman dari taman-taman sorga atau lubang dari lubang-lubang api neraka.[3]


43. Balasan Spritual dan Material

Syi’ah meyakini bahwa pembalasan di hari kiamat mencakup dua sisi, material dan spiritual. Karena kebangkitan mengandung sisi material dan spiritual.
Ada pun yang tertera di dalam al-Quran dan hadis-hadis Nabi tentang sorga, bahwa sungai-sungai mengalir di bawahnya:
Allah telah menyediakan surga untuk mereka yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,  mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. 9:89)
Makanan yang tak putus-putus dan keteduhari yang tems menerus.
Perumpamaan sorga yang dtjanjikan kepada orang-orang yang taqwa (ialah surga) yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, makanannya abadi (tak habis-habisnya) begitupun naungannya. Itulah kesudahan orang-orang yang bertaqwa sedang kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.(QS.13:35)
Bidadari-Bidadari (pasangan-pasangan) yang suci bagi orang-orang yang beriman,
Katakanlah, "Apakah kamu ingin aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikilan itu?" Yaitu untuk orang-orang yang bertaqwa pada sisi Tuhan mereka ada surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka itu kekal di dalamnya, dan ada pasangan-pasangan yang suci serta keridhaan dari Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. 3:15)
Dan tentang neraka, "Jilatan apinya sangat menyakitkan." Semua itu menunjukkan dimensi material pembalasan di hari akhir. Akan tetapi yang lebih penting dari pada itu semua ialah balasan spiritual, yang tercermin dalam pancaran cahaya ma'rifat Ilahi, kedekatan rohani pada al-Khaliq, dan penampakan keindahari dan keagungan-Nya, tajaliyah al-jamal wa al-jahl, suatu kenikmatan yang tiada tara, yang tidak dapat dilukiskan oleh kata-kata maupun pena.
Di beberapa ayat al-Quran, setelah menyebutkan tentang sejumlah kenikmatan material sorga, al-Quran mengungkapkan bahwa:
Ridha Allah lebih besar dan bahwa itulah keuntungan yang agung. (QS. 9:72).
Ya, memang tiada kenikmatan yang lebih besar dari pada mendapatkan diri bahwa Allah ridha kepadanya. Dalam hadis qudsi dari Iniam 'Ali Ibn Husain as disebutkan bahwa Allah Swt berfirman:
Ridha-Ku dan cinta-Ku kepadamu lebih baik dan lebih besar dari apa yang kamu miliki sekarang. (Tafsir al-Mizan, IX, Ayat QS. 9:72)
Sungguh, tidak ada yang lebih nikmat dari pada diseru oleh Allah Swt:
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke sorga-Ku. (QS. 89:27-30).

[1] Hadis ini dirwayatkan oleh Bukhari Muslim dan lain-lain serta dicantumkan oleh para mufassir dalam kitab-kitab mereka seperti Tabarsi, Alusi, dan Qurtubi.
[2] Hadits di atas diriwayatkan oleh Syi’ah maupun Ahlus Sunah dengan sedikit perbedaan redaksi, seperti dapat dilihat pada: Kanzul Ummal, hadits nomor 39036, Qurtubi jilid VI h. 4175 di bawah ayat 71 surah Maryam, dan Shoduq dalam kitab Amali dari Imam Ja'far Shodiq hal. yang sama, juga dapat dilihat pada Shahih Bukhari, VIII h. 146 di bawah judul “Al-Shirath Jembatan Neraka”.
[3] Hadits di atas dapat dilihat pada Shohih Turmuzi, IV Kitab Sifat al-Qiyamah, bab 67 hadits nomor 246. Sementara itu dalam sumber-sumber Syi’ah hadits di atas kadang diriwayatkan dari Imam Ali ibn abi Thalib dan kadang dari Ali ibn Husain. (Lihat Bihar al-Awar, VI, h. 214 dan 218.)

Tidak ada komentar: